Tuesday, May 29, 2018

NYAMUK MALARIA BISA MEMATIKAN MANUSIA


BERITA TRAVEL - Penyakit malaria masih merupakan salah satu penyakit paling mematikan dalam sejarah dunia.Berdasarkan laporan dari (World Health Organization (WHO) ) pada tahun 2016,malaria ditempatkan dalam daftar 10 penyakit paling mematikan yang berkaitan dengan lingkungan.

Berita sebelumnya menyebutkan bahwa pada tahun 2016 terdapat 216 juta kasus malaria yang menyebabkan 445 ribu kematian, meningkat menjadi lima juta kasus dibandingkan dengan laporan tahun 2015.

Namun, seperti dikutip dari CNN Indonesia, terjadi penurunan daripada laporan kasus malaria di tahun 2010 yang menuliskan terdapat 237 kasus pada tahun 2010. Hal ini menandakan bahwa penyakit ini masih merupakan ancaman serius.

Di wilayah Indonesia, berdasarkan rilis dari situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebanyak 72 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah bebas malaria. Namun masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria, seperti Papua, Papua Barat dan NTT.

Ancaman penyakit dari nyamuk Anopheles ini sangat berbahaya. Namun, tahukah Anda bahwa awalnya malaria merupakan penyakit yang tidak berbahaya untuk manusia.

Dilansir BBC, sebuah penelitian yang dipimpin oleh para ilmuwan dari Wellcome Sanger Institute di Cambridge, Inggris, menemukan jawaban bagaimana malaria menjadi penyakit mematikan melalui penelitian genetik.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Nature Microbiology ini memperkirakan waktu ketika cabang-cabang pohon evolusi keluarga parasit malaria Laverania mulai menyimpang dan memberikan petunjuk tentang bagaimana penyakit mematikan ini mulai mematikan.

Para ahli kemudian mengurutkan dan mempelajari genom dari semua parasit malaria yang diketahui berada dalam famili Laverania.

Mereka menemukan bahwa Plasmodium falciparum adalah satu-satunya parasit dari kelompok ini yang telah berhasil beradaptasi untuk berpindah dari gorila ke manusia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Dilansir dari Science Daily, tantangan utama yang dihadapi oleh para peneliti adalah mendapatkan sampel parasit malaria. Mereka mengumpulkan sampel darah yang diambil dari simpanse dan gorila, sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin di suaka marga satwa dan cagar alam di Gabon, Afrika.

"Kami harus bekerja dengan sedikit sampel darah yang diambil dari spesies yang dilindungi ini sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan," ungkap Dr. Franck Prugnolle, salah seorang peneliti dari MIVEGEC Laboratory di Prancis dan International Centre for Medical Research of Franceville, Gabon.

"Bahkan hanya ada sangat sedikit parasit sehingga kami harus menyusun strategi untuk memperkuat bahan guna mendapatkan genom yang berkualitas baik," imbuhnya.

Dengan menelusuri genetik dari tujuh jenis malaria, para peneliti menemukan bahwa parasit malaria, Plasmodium falciparum, mulai berevolusi sekitar 50.000 tahun yang lalu. Namun, p.falciparum menyimpang menjadi parasit yang akhirnya secara spesifik menginfeksi manusia baru terjadi sekitar 3.000 - 4.000 tahun yang lalu.

Kemudian, para peneliti menganalisis genom parasit malaria di famili Laverania dan menemukan rantai kejadian yang menyebabkan munculnya Plasmodium falciparum.

Seperti dikatakan oleh Dr. Thomas Otto, penulis utama dari University of Glasgow, bahwa dengan menggunakan data genom parasit, para ahli membangun pohon keluarga dan mengidentifikasi peristiwa genetik utama yang menyebabkan kemunculan mereka.

"Pergerakan satu kelompok gen adalah peristiwa penting awal yang memungkinkan parasit malaria menginfeksi sel darah merah dari spesies inang yang baru," jelas Dr Thomas.

"Setelah melakukan konfigurasi ulang dan menyempurnakan komposisi gen yang berinteraksi dengan inang dan vektor, parasit mampu membentuk infeksi menular pada manusia," imbuhnya.

Dr. Matt Berriman, penulis utama dari Wellcome Sanger Institute mengatakan bahwa ekpansi manusia modern menciptakan rumah bagi parasit untuk berevolusi menjadi parasit yang secara spesifik menginfeksi manusia.

Sementara profesor Janet Hemingway, direktur dari Livepool School of Tropical Medicine mengatakan bahwa penemuan ini sangat penting karena dapat memberikan gambaran tentang bagaimana dan kapan penyakit ini berubah menjadi penyakit yang menyebabkan kematian manusia.

Jadi, dengan memahami apa yang terjadi, diharapkan memungkinkan para ilmuwan mengenali, bahkan menghindari, pola yang mungkin sama di kemudian hari.

"Saat ini, banyak yang berpikir malaria adalah penyakit manusia, dan lupa bahwa ini adalah penyakit zoonosis yang melewati perbedaan spesies 50.000 tahun yang lalu. Penyakit ini berevolusi dengan inang barunya untuk menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan," jelas profesor Hemingway.

"Oleh karena itu sangat penting jika kita bereaksi terhadap pergerakan parasit dan virus hewan pada manusia, dan tidak memberikan kesempatan untuk menjadi penyakit menular antar manusia yang permanen," pungkasnya.

By ( A.G )

No comments:

Post a Comment