Keindahan Raja Ampat sudah menggema di seluruh Tanah Air maupun penjuru dunia. Bahkan atas keindahannya tersebut, nama surga pun disematkan pada kawasan Kepulauan Raja Ampat.
Raja Ampat memiliki keunggulan dalam wisata bahari. Lautnya yang berwarna hijau toska dengan keindahan alam bawah lautnya yang luar biasa membuat para wisatawan datang berbondong-bondong.
Tak hanya memagnet wisatawan lokal, pesona Raja Ampat pun mampu menggaet wisatawan yang bahkan berada di benua seberang. Wajar saja memang karena Raja Ampat masuk ke dalam salah satu ekspedisi bawah laut terbaik di dunia.
Kementerian Pariwisata, Frans Teguh mengatakan ada spot di kawasan Raja Ampat yang ditemukan sudah rusak.
"Enam bulan lalu ada underwater researcher datang dari Eropa ke Raja Ampat dia foto dan itu bagus sekali," kata Frans usai memberikan paparan tentang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata di Hotel Salak The Heritage, Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/4).
Frans melanjutkan kelompok peneliti itu mengamati tentang ekosistem bawah laut di satu titik di Raja Ampat dan mengabadikannya dalam foto. Lima bulan selanjutnya mereka datang kembali dan melakukan pengamatan di tempat yang sama.
Ironisnya, dalam rentang waktu yang sangat singkat, keindahan yang mereka temukan sebelumnya telah mengalami perbedaan yang sangat signifikan. Karang di kawasan tersebut ditemukan rusak.
"Sebulan yang lalu dia datang lagi. Di titik yang sama. Hancur itu semua," kata Frans. "Padahal itu yang barusan diagung-agungkan bahwa ini paling bagus dan dia datang untuk memastikan itu lagi," ujar Frans menambahkan.
Para peneliti tersebut mengungkapkan ada beberapa hal yang menyebabkan rusaknya karang di kawasan Raja Ampat ini. "Indikasinya ada pemboman dan penangkapan ikan," ujar Frans. Mereka menangkap ikan dengan menggunakan jala dan kapal motor sehingga menghancurkan karang yang ada.
Selain masyarakat lokal yang mempunyai kontribusi pada rusaknya alam bawah laut Raja Ampat, para turis pun ikut ambil bagian. "Ada hentakan kaki juga dari diver. Apalagi diver pemula," kata Frans.
Walaupun luas kerusakan karang tersebut tidak terjadi dalam skala luas, namun ini adalah bentuk peringatan terhadap dunia pariwisata Indonesia. Jangan sampai surga yang dititipkan Tuhan di tanah kita rusak begitu saja oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab.
"Ini menandakan kita harus mengelola. Kalau tidak dan malah menghancurkan, daya tariknya juga akan berkurang," ujar Frans.
Menurut Frans, masyarakat masih melakukan tindakan yang cenderung merusak alam karena mereka belum menyadari betul manfaat dari pariwisata di suatu daerah. Padahal dengan menjaga keindahan alam dan tidak merusaknya, apa yang didapatkan masyarakat justru lebih besar.
Seperti halnya masyarakat di kawasan Teluk Cenderawasih yang masih memburu ikan hiu. Padahal kehadiran ikan hiu di kawasan yang menjadi Taman Nasional Teluk Cenderawasih itu justru menjadi daya tarik wisata.
"Padahal ikan hiu yang hidup lebih mendatangkan banyak manfaat buat mereka daripada dimakan," kata Frans. Hal ini pun diamini oleh Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Dalam kesempatan berbeda, Menteri Arief juga mengungkapkan hal yang sama.
"Kalau ikan diambil, dijual, laku. Tapi nilainya akan lebih besar untuk pariwisata. Ikan dimakan dan dilihat mahalan untuk dilihat," ujar Arief saat menghadiri acara Pembekalan Pariwisata Bagi Jurnalis di Hotel Salak The Heritage, Bogor, Jawa Barat.
Untuk itu, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat harus bekerja sama mengelola kawasan wisata yang memiliki potensi luar biasa. "Kami ingin tata kelola diperbaiki. Harus ada patroli yang komplit," kata Frans.
Sayangnya, saat ini berapa banyak titik selam terbaik yang harus dilindungi. "Daerah itu yang harusnya diawasi sara periodik," ujar Frans. Bahkan harus ada rambu dan panduan khusus bagi para penyelam agar penyelaman dilakukan dengan lebih tertib dan teratur.(YL)
No comments:
Post a Comment